RumahKingking. 7. Rumah Ulu. Sumatera Selatan memiliki berbagai macam budaya yang unik dan khas. Salah satunya ialah rumah adat Sumatera Selatan, yang POSKUPANG.COM, SOE- Keterlibatakan oknum aparat keamanan di Timor Tengah Selatan (TTS) yang diduga mengamankan kegiatan perjudian terbuka, enggan merespon pesan WhatsApp maupun telepon dari tim investigasi media. Ya, oknum aparat keamanan ini hendak dikonfirmasi terkait namanya yang diduga masuk RumahAdat Sumatera Utara – Sumatera Utara tak hanya tentang Danau Toba sebagai danau terluas di Indonesia. Masih banyak kekayaan budaya lain dari provinsi ini diantaranya rumah Perumahanini berlokasi di Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang yang dikembangkan oleh PT Tri Pilar Sentosa. Tersedia sebanyak 113 unit rumah subsidi dengan tipe 36/78 dan tipe 36 seharga Rp 123 juta-150 juta. Bersambung : Cek di Sini, Pilihan Rumah Subsidi di Pulau Jawa Mulai Rp 123 Juta (II) Dapatkan update berita pilihan RumahAdat Sumatera Selatan. Rumah Limas merupakan rumah tradisional khas Provinsi Sumatera Selatan. Dari namanya, jelaslah bahwa rumah ini berbentuk limas. 1Rp5. Ritual pembangunan rumah tradisional di Sumatera Selatan menjadi lambang betapa masyarakat sangat menjaga lingkungannya. Sakralnya warisan nenek moyang, membuat masyarakat mampu hidup damai dengan alam. Namun, karena pengaruh modernitas, warisan itu mulai ditinggalkan. Bencana pun menjadi konsekuensi yang harus diterima masyarakat saat ini. Aspek pelestarian lingkungan dalam ritual pembangunan rumah tradisional di Sumatera Selatan, antara lain pembangunan rumah harus menggunakan kayu dari pohon tua. Untuk itu, masyarakat dilarang menebang pohon muda atau yang sedang berkembang atau yang dipotong saat bulan purnama. Hal ini tercantum dalam Buku Sejarah dan Kebudayaan Palembang 1, Rumah Adat Limas Palembang. Selain memberikan kesempatan pohon muda untuk terus tumbuh, penggunaan kayu muda akan membuat konstruksi bangunan berantakan atau mudah rusak. Pasalnya, kayu demikian mudah diserang oleh hama bubuk atau rayap. Hal ini sejalan dengan ritual pembangunan rumah-rumah uluan. Pemerhati sejarah Sumsel, Yudhy Syarofie, menuturkan, dalam pembangunan rumah lamban ulu Ogan, kayu yang digunakan hanya berasal dari pohon-pohon tua. Pembangunan juga tidak bisa serampangan, tetapi perlu mendapatkan izin dari kepala marga pesirah. ”Ini bertujuan agar penebangan pohon tidak asal-asalan demi menjaga lingkungan,” ujarnya. Pembangunan rumah-rumah uluan memang untuk melanjutkan kelangsungan hidup masyarakat pendukungnya, tetapi memperhatikan pula aspek pengendalian lingkungan. – Secara geografis Sumatera Selatan berbatasan dengan beberapa wilayah seperti provinsi Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, dan Bengkulu. Provinsi yang berada di bagian selatan Pulau Sumatera ini beribukota di Palembang dan terkenal dengan Kerajaan Sriwijaya di masa silam. Provinsi ini memiliki kekayaan seni budaya yang cukup beragam, salah satunya adalah tarian tradisional Gending Sriwijaya yang ditampilkan secara khusus untuk menyambut tamu-tamu penting. Selain itu juga ada Tari Tanggai, Tari Tenun Songket, Tari Rodat Cempako, Tari Madik atau Nindai, Dul Muluk, dll yang memiliki makna tersendiri dalam kehidupan masyarakat. Bukan hanya tarian tradisional saja, Sumatera Selatan juga memiliki jenis rumah adat yang unik dan dikenal sebagai Rumah Limas. Sesuai dengan namanya, rumah adat ini berbentuk limas dengan bangunan bertingkat. Tingkat-tingkat pada rumah adat ini sering disebut dengan istilah bengkalis dimana setiap tingkatannya memiliki makna filosofi tersendiri. Daftar Lengkap Rumah Adat Sumatera Selatan Beserta Penjelasan Uniknya1. Rumah Limas2. Rumah Cara Gudang3. Rumah Rakit4. Rumah Tatahan5. Rumah Kilapan6. Rumah Ulu Berikut daftar lengkap rumah adat Sumatera Selatan beserta keunikannya 1. Rumah Limas Rumah Limas memiliki ukuran yang cukup luas karena sering digunakan sebagai tempat untuk menyelenggarakan upacara adat. Penggunaan material kayu dalam pembangunan rumah Limas sangatlah dominan. Pada bagian lantai, dinding, dan pintu biasanya menggunakan kayu tembesu, sementara pada tiangnya menggunakan kayu unglen yang dikenal awet dan tahan air. Sedangkan bagian rangka rumah menggunakan bahan kayu seru yang dalam kebudayaan masyarakat setempat tidak boleh diinjak atau dilangkahi. Photo by Bentuk rumah panggung yang khas pada Rumah Limas dilengkapi dengan tiang-tiang yang terpancang di dalam tanah. Hal ini disesuaikan dengan kondisi wilayahnya yang berada di daerah perairan. Rumah Limas juga sangat identik dengan nilai-nilai adat dan tradisi masyarakat Sumatera Selatan, salah satunya bisa terlihat dari pembagian tingkatan dan ruangan pada rumah ini yang dikenal dengan istilah kekijing. Hal ini juga menjadi lambang dari jenjang kehidupan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, mulai dari usia, jenis kelamin, bakat, pangkat, dan martabat dimana setiap tingkatnya memiliki detail yang berbeda. Seperti pada penjelasan berikut ini Tingkat pertama atau pagar tenggulung, yaitu sebuah ruangan tanpa dinding pembatas seperti beranda. Suasana di ruangan ini lebih santai dan biasa digunakan sebagai tempat untuk menerima tamu dalam upacara adat. Ruangan kedua atau jogan, yaitu sebuah ruangan yang digunakan sebagai tempat untuk berkumpulnya kaum pria. Ruangan ketiga atau kekijing ketiga dengan posisi lantai yang lebih tinggi dan memiliki sekat sebagai pembatas. Ruangan ini biasanya digunakan sebagai tempat untuk menerima tamu dalam acara adat atau hajatan, terutama untuk kerabat yang berusia paruh baya. Ruangan keempat atau kekijing keempat dengan posisi lantai yang lebih tinggi lagi. Biasanya digunakan untuk menerima tamu dengan hubungan kekerabatan yang lebih dekat, tamu undangan yang lebih tua, dapunto ataupun datuk. Ruangan kelima atau gegajah dengan ukuran ruangan paling luas dan dianggap sebagai ruangan yang paling istimewa. Di dalamnya terdapat ruang pangkeng, amben tetuo, dan amben keluarga. Biasanya ruangan ini digunakan sebagai tempat untuk menerima tamu kehormatan dan sebagai pelaminan pengantin dalam acara pernikahan. Rumah Limas juga dilengkapi dengan hiasan atau ornamen ukiran yang memiliki makna filosofi tersendiri, seperti ukiran dengan motif simbar atau tanduk pada bagian atas atap. Simbar dengan hiasan melati yang menjadi simbol mahkota diartikan sebagai lambang keagungan dan kerukunan. Desain atap dengan ornamen simbar dipercaya bukan hanya sebagai hiasan dekorasi saja tetapi juga sebagai penangkal petir. Adapun simbar untuk masing-masing rumah memiliki jumlah yang berbeda. Dua simbar merupakan simbol Adam dan Hawa, tiga simbar menyimbolkan matahari, bulan, dan bintang. Tiga simbar menyimbolkan sahabat nabi, sementara lima simbar menjadi simbol rukun Islam. 2. Rumah Cara Gudang Yaitu sebuah rumah panggung dengan ketinggian tiang 2 meter dengan bentuk rumah memanjang seperti gudang. Berbeda dengan Rumah Limas, lantai rumah adat ini tidak bertingkat. Sementara pembagian ruangannya terbagi menjadi 3, yaitu ruang depan, ruang tengah, dan ruang belakang. 3. Rumah Rakit Photo by kotapalembang Yaitu sebuah rumah tempat tinggal yang berada di atas rakit. Rumah ini dibuat dari material balok kayu dan bambu. Keempat sudut rumah dipasangi tiang yang diikat dengan tali rotan pada tonggak yang menancap di tebing sungai. Hal ini dimaksudkan agar rumah apung tersebut tidak berpindah tempat. 4. Rumah Tatahan Yaitu sebuah rumah adat yang dilengkapi dengan banyak hiasan ukiran atau tatahan. Rumah ini berbentuk bujur sangkar dengan dua ruang utama di dalamnya, yaitu ruang depan dan ruang tengah. 5. Rumah Kilapan Photo by Yaitu rumah adat di Sumatera Selatan yang dindingnya tidak dilengkapi dengan ormanen ukiran melainkan hanya dihaluskan dengan ketam. Rumah ini berbentuk rumah panggung dengan ketinggian 1,5 meter namun pada tiangnya tidak ditanam di dalam tanah seperti pada Rumah Limas. 6. Rumah Ulu Photo by pesonasriwijaya Yaitu rumah tradisional masyarakat hulu Sungai Musi yang berada di kawasan Sungai Musi, Sumatera Selatan. Rumah adat ini juga terbuat dari material kayu, dimana pada bagian bawahnya ditopang menggunakan batang pohon unglen. Rumah Ulu bukan hanya awet tetapi juga tahan gempa. Tiang rumah yang diletakkan di atas tumpukan batu bisa berfungsi menyerupai roda sehingga ketika terjadi gempa, rumah hanya akan bergoyang dan tidak roboh. Dalam proses pembangunannya, rumah adat ini harus mengikuti peraturan yang telah disepakati, salah satunya adalah keharusan membangun Rumah Ulu dengan posisi menghadap ke depan garis aliran air. Tujuannya adalah agar rumah yang dibangun terhindar dari resiko banjir bandang yang bisa datang sewaktu-waktu. Pembangunan Rumah Ulu juga harus mengikuti sistem ulu-ulak. Yaitu ketika lahan yang akan digunakan membangun rumah masih luas dan memiliki rencana membangun rumah ulu berikutnya, maka pembangunan rumah tersebut harus dimulai dari bagian yang paling hulu. Sistem ini bukan hanya sekedar mengatur pembangunan rumah tetapi juga mengatur ruang secara sosial. Dalam sistem ulu-ulak, rumah pada bagian hulu diperuntukkan bagi mereka yang usianya lebih tua dalam garis keturunan keluarga. Demikian seterusnya sampai ke rumah paling hilir yang ditempati oleh keturunan yang usianya paling muda. Sistem ini ternyata juga berlaku pada pembagian ruangan di dalam rumah. Secara umum rumah Ulu terdiri dari tiga bagian, yaitu ruang depan, ruang tengah, dan ruang belakang. Ketiga ruangan tersebut masih dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya adalah garang atau lintut yang difungsikan sebagai tempat untuk bercengkerama di sore hari. Haluan dan kakudan yang digunakan sebagai tempat untuk tempat istirahat. Haluan diperuntukkan bagi kaum laki-laki dan kakudan diperuntukkan bagi kaum perempuan. Selanjutnya ada ruang gedongan atau ambin yang posisi lantainya lebih tinggi dari ruangan lain dan difungsikan sebagai tempat untuk memberikan wejangan kepada anak cucu. Ruangan lainnya adalah dapur yang digunakan untuk memasak makanan. Meskipun keberadaan Rumah Ulu sudah semakin jarang ditemukan, namun rumah adat ini masih bisa ditemukan di halaman belakang Museum Balaputera Dewa yang berada di Kota Palembang. Rumah Ulu di museum ini diambil dari Desa Asamkelat, Kecamatan Pangandonan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, dan sudah berusia 200 tahun. Baca Nama Rumah Adat Minangkabau Beserta Gambar & Penjelasannya… Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi di Pulau Sumatera dengan ibukota yang terletak di Kota Palembang. Provinsi yang dulu terkenal sebagai pusat wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya ini memiliki berbagai daya tarik. Namun ada satu hal yang tidak boleh terlewat untuk diketahui dari provinsi yang bersebelahan dengan Kepulauan Bangka Belitung ini, yaitu rumah adatnya. Pengertian Rumah Adat Sumatera Selatan dan PenjelasannyaJenis-Jenis Rumah Adat Sumatera Selatan1. Rumah Limas2. Rumah Cara Gudang3. Rumah Rakit4. Rumah Tatahan5. Rumah Kilapan6. Rumah Padu Ampar7. Rumah Padu Kingking8. Rumah Ulu Ogan9. Rumah Ulu Komering Pengertian Rumah Adat Sumatera Selatan dan Penjelasannya Sumber Secara umum, terdapat dua etnik yang berada di Sumatera Selatan. Pertama, yaitu kelompok etnik Uluan yang bertempat tinggal di hulu Batanghari Sembilan. Kedua, yaitu kelompok etnik Iliran yang menempati bagian hilir Batanghari Sembilan, yang sekarang dikenal dengan Palembang. Kedua etnik ini terdiri dari berbagai macam suku dan tiap mereka memiliki keunikan masing-masing, termasuk dalam hal corak rumah tradisional. Dua arsitektur utama di Provinsi Sumatera Selatan adalah Rumah Uluan dan Rumah Iliran. 1. Rumah Uluan Sumber Rumah-rumah adat yang termasuk rumah Uluan memiliki ciri khas tersendiri dan biasanya terletak di dataran tinggi Sumatera Selatan. Secara umum, rumah-rumah uluran memiliki persamaan dalam hal bentuk bangunan yang berupa rumah panggung dan ditopang dengan tiang-tiang yang tinggi. Namun, masing-masing Rumah Uluan juga memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya, seperti dalam hal susunan ruang, susunan tiang, bentuk atap, serta tangga. Rumah Uluan ini dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu Besemah Rumah adat jenis ini dapat ditemukan di Kota Pagar Alam, Kabupaten Lahat, dan daerah sekitarnya. Pada umumnya rumah ini adalah rumah panggung yang berbentuk persegi, memiliki ketinggian 1,5 meter dari permukaan tanah, terdapat atap piabung, dan tiangnya tiang duduk diletakkan di atas batu. Rumah Besemah ini juga dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu Rumah Tatahan, Rumah Kilapan, Rumah Padu Kingking atau Padu Kingking, serta Rumah Padu Ampagh. Semende Rumah ini merupakan rumah adat Suku Semende, yang mempunyai bentuk bangunan hasil transformasi Rumah Besemah. Ruman adat yang masih dapat ditemui di Kabupaten Muara Enim ini memiliki ciri khas berupa sekat-sekat yang terletak di ruang induk dan lebih banyak terdapat jendela. Rumah ini juga disebut dengan Rumah Tunggu Tabang karena pemindahtanganan rumah ini hanya dapat dilakukan dengan proses Tunggu Tabang yang sesuai dengan sistem matrilineal. Ogan Rumah adat yang merupakan hasil transformasi Rumah Besemah ini merupakan rumah tradisional dari Suku Ogan yang tinggal di tepian Sungai Ogan. Rumah adat yang banyak ditemui di Ogan Komering Ulu ini memiliki ciri khas berupa penambahan tritisan yang ditopang oleh tiang-tiang, atap yang tidak melengkung, dan memiliki ketinggian lantai antar-ruangan yang sama. Kemering Rumah adat jenis ini terdapat dua macam. Pertama, yaitu Rumah Ulu Komering yang merupakan rumah tradisional Suku Komering. Ciri khusus rumah ini adalah memiliki atap pelana tanpa patahan, terdapat persilangan listplank pada kedua ujung atap, dan memiliki tiang yang ditanam ke tanah. Kedua, yaitu Rumah Lamban Tuha atau Lambanan Tuha yang merupakan rumah adat Suku Ranau. Keunikan rumah ini adalah berbentuk rumah panggung dengan atap tinggi yang berjenis pelana kuda dan berkemiringan 45 derajat. Selain itu, rumah ini juga memiliki ciri lain berupa lantai papan yang memanjang, memiliki sistem pondasi kalindang dan ari, serta memiliki tujuh ruangan berbeda. 2. Rumah Iliran Sumber Rumah-rumah adat yang masuk kategori rumah Iliran dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu rumah Limas dan Rumah Rakit. Rumah Limas merupakan rumah panggung yang dibangun di darat, dan biasanya diperuntukkan bagi para bangsawan. Sedangkan rumah Rakit merupakan rumah yang dibangun di atas permukaan sungai, dapat berpindah-pindah, serta biasanya ditinggali oleh masyarakat biasa. Rumah Ilirian dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu Rumah Rakit, Rumah Limas, dan Rumah Gudang. Rumah Rakit identik dengan bangunannya yang berada di atas permukaan sungai. Rumah Limas banyak ditemui di Kota Palembang dan biasanya diperuntukkan bagi para bangsawan. Sedangkan Rumah Gudang merupakan rumah ada yang paling banyak dapat ditemui di Sumatera Selatan karena banyak menjadi pilihan tipe tempat tinggal oleh masyarakat biasa. Fungsi bagian bawah rumah ini juga mengalami perubahan, dari yang digunakan sebagai gudang dan kandang ternak, menjadi ruangan tempat tinggal. Jenis-Jenis Rumah Adat Sumatera Selatan Apa saja contoh rumah adat di daerah Sumatera Selatan? Lebih lengkapnya, berikut macam-macam rumah adat di Provinsi Sumatera Selatan beserta deskripsi, foto, gambar ilustrasi, dan penjelasannya. 1. Rumah Limas Sumber Nama limas sendiri berasal dari dua kata, yaitu lima dan emas. Rumah Limas ini mempunyai ciri khas berupa atap yang berbentuk limas, memiliki tiang penyangga dengan ketinggian 1,5–2 meter dari permukaan tanah, serta memiliki undakan atau kekijing yang jumlahnya antara dua hingga 4 buah anak tangga. Rumah adat ini juga identik dengan lantai bertingkat-tingkat atau bengkilas yang digunakan saat ada acara atau kepentingan keluarga, salah satunya hajatan. Luas rumah tradisional ini berkisar antara 400 hingga 1000 meter persegi. Selain itu, rumah ini dibangun menghadap dua mata angin, yaitu Timur dan Barat serta memiliki filosofi khusus. Bagian rumah yang menghadap Timur disebut dengan Matoari Edop atau matahari terbit, yang mengandung makna kehidupan yang baru. Sedangkan bagian rumah yang menghadap Barat disebut dengan Matoari Mati atau matahari terbenam, yang memiliki makna akhir kehidupan. Untuk bagian atas rumah dapat ditemukan ornamen simbar yang berbentuk melati dan tanduk. Melati merupakan simbol kerukunan dan keagungan. Simbar dua tanduk menyimbolkan adam dan hawa, tiga tanduk menyimbolkan matahari-bulan-bintang, empat tanduk menyimbolkan sahabat Nabi, dan lima tanduk menyimbolkan rukun Islam. Namun, selain sebagai hiasan dan simbol, simbar ini juga berfungsi untuk menangkal petir. Rumah adat ini dibangun dengan material kayu sebagai bahan utamanya. Untuk bagian lantai, dinding, dan pintu, biasanya jenis kayu yang digunakan adalah kayu tambesu. Sedangkan tiang penyangga biasanya kayu yang digunakan adalah jenis unglen yang dikenal tahan air dan tahan lama. Untuk bagian kerangka, rumah ini menggunakan jenis kayu seru, yang dalam kebudayaan masyarakat setempat kayu ini tidak boleh diinjak atau dilangkahi. Rumah Limas ini terdiri dari tiga bagian, yaitu depan, tengah, dan belakang dengan fungsi masing-masing. Bagian depan rumah ini biasanya ditemukan gentong berisi air untuk mencuci tangan. Bagian depan rumah yang juga disebut dengan garang ini biasanya juga digunakan sebagai tempat berkumpul keluarga. Untuk bagian tengah, rumah ini dapat ditemukan kekijing dengan setiap kekijing memiliki dua buah jendela yang masing-masing berada di sebelah kiri dan kanan. Sedangkan bagian belakang rumah biasanya digunakan untuk dapur. Dapur ini pun dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu ruangan penyiapan bahan, pengolahan bahan, dan tempat membersihkan peralatan dapur. Khusus untuk kekinjing, bagian ini masih dapat terbagi dari beberapa ruangan dan pembagiannya diatur berdasarkan usia, jenis kelamin, pangkat, bakat, dan martabat. Selain itu, tingkatan kekinjing ini juga merefleksikan tingkatan garis keturunan asli Palembang, yang apabila diurutkan dari tingkat paling bawah yaitu Kiagus, Massagus atau Kemas, dan Raden. Berikut pembagian ruangan dan keterangannya Pagar Tenggulung Bagian ini berupa ruangan luas tanpa ada dinding pembatas. Ruangan ini biasanya digunakan untuk menerima tamu saat upacara adat. Hal yang menjadi keunikan tersendiri untuk ruangan ini adalah adanya lawang kipas yang apabila dibuka dapat menjadi langit-langit ruangan. Selain itu, mereka yang berada di dalam ruangan ini dapat melihat suasana luar ruangan, sedangkan, mereka yang ada di luar ruangan tidak dapat melihat ke dalam ruangan. Jogan Ruangan ini digunakan sebagai tempat berkumpulnya kaum laki-laki anggota keluarga pemilik rumah. Kekinjing Ketiga Ruangan ini diperuntukkan bagi tamu yang secara khusus diundang oleh pemilik rumah ketika sedang ada hajat. Secara struktur, ruangan ini memiliki sekat dan memiliki posisi yang lebih tinggi dari permukaan lainnya, serta bersifat privasi. Kekinjing Keempat Ruangan ini diperuntukkan bagi orang yang sangat dihormati dan juga memiliki ikatan darah dengan pemilik rumah. Seperti tamu undangan yang dituakan, Dapunto, hingga para Datuk. Gegajah Ruangan ini merupakan yang terluas di antara ruangan lainnya namun di saat yang sama juga memiliki sifat privasi yang tinggi. Hal ini karena ruangan ini diperuntukkan hanya untuk mereka yang berkedudukan sangat tinggi dalam keluarga maupun masyarakat. Bagian bawah ruangan ini juga dapat ditemukan amben atau tempat musyawarah yang berupa undakan lantai serta kamar pengantin apabila pemilik rumah mengadakan pernikahan. 2. Rumah Cara Gudang Sumber Nama rumah Cara Gudang ini berasal dari bentuk rumah yang memanjang menyerupai gudang. Rumah adat ini memiliki ciri berupa tiang penyangga setinggi 2 meter, memiliki atap berbentuk limas, dan tidak memiliki kekinjing. Rumah ini juga terbuat dari kayu, yang biasanya diambil dari jenis ungles, petanang, dan tambesu. Seperti halnya dengan rumah limas, rumah ini juga memiliki tiga bagian. Bagian depan berfungsi sebagai tempat berkumpul dan istirahat bagi anggota keluarga serta digunakan untuk acara kenduri. Bagian tengah berfungsi untuk menjamu tamu dan bagi tamu yang berusia tua dan/atau terhormat akan menempati sisi yang lebih dalam. Bagian belakang berfungsi sebagai kamar, dapur, dan ruang dalam. Kamar ini akan digunakan oleh kepala keluarga sebelum digantikan oleh anak perempuannya yang sudah dewasa. 3. Rumah Rakit Sumber Sesuai namanya, rumah ini dibangun di atas rakit dan terdiri dari material kayu dan bambu. Rumah ini juga memiliki dua bidang atap yang disebut kajang yang terbuat dari daun nipah kering, memiliki dua pintu yang masing-masing menghadap sungai dan tepi sungai, dua jendela di sisi kiri dan kanan, serta sebuah jembatan penghubung antara bangunan dengan daratan. Agar tidak terbawa arus, rumah tradisional ini diikatkan pada sebuah penambat atau serdang menggunakan tali rotan. Sedangkan untuk menjaga agar tetap terapung, rumah rakit ditopang dengan kumpulan batang bambu yang disebut dengan lanting. Biasanya, rumah adat ini ditemukan di Sungai Ogan, Musi, dan Komering. Beberapa manfaat dan kegunaan rumah Rumah Rakit saat ini selain tempat tinggal adalah sebagai gudang, tempat penginapan, dan tempat berdagang. Menariknya, terdapat kebiasaan unik yang biasa dilakukan oleh suku Palembang yang menghuni Rumah Rakit, yaitu mereka menggunakan perahu untuk saling berkunjung satu sama lain. Asal usul keberadaan rumah rakit sendiri dari dua faktor. Pertama yaitu faktor geografis Palembang yang memiliki banyak sungai, serta kehidupan dari hampir seluruh rakyat bergantung pada sungai, mulai dari sumber air hingga jalur transportasi. Pada suatu hari, masyarakat pedalaman Sumatera Selatan, Uluan, membawa dan menjual hasil bumi ke daerah Palembang melalui sungai menggunakan rakit. Namun, banyak dari mereka yang memilih untuk tidak pulang dan membawa hasil penjualan mereka. Akhirnya, mereka pun mengubah rakit menjadi rumah sebagai bentuk adaptasi kondisi geografis dan kondisi sosial saat itu. Kedua, semakin menjamurnya rumah rakit tidak lepas dari sejarah kekuasaan Kesultanan Palembang. Pihak kerajaan telah mengeluarkan kebijakan bagi para pendatang untuk menetap di rumah rakit agar mereka lebih mudah mengawasi dan membedakan antara warga asing dengan warga asli setempat. Selain itu, apabila mereka berbuat kriminal, maka pemerintah kerajaan akan langsung memotong tambat rumah rakit agar rumah hanyut terbawa arus sungai. 4. Rumah Tatahan Sumber Rumah Tatahan ini merupakan bagian dari tipe rumah baghi dengan ciri-ciri khusus berupa ukiran dan yang menghiasi beberapa sudut rumah. Pemilik dari rumah ini berasal dari Suku Pasemah yang tinggal di daerah pegunungan atau dataran tinggi. Rumah berukuran 8 x 8 meter ini dibangun dengan kayu tambesu dan kelat yang memiliki kualitas baik dan tahan lama. Bangunan rumah adat ini memiliki dua bagian, yaitu depan dan tengah. Bagian depan berfungsi sebagai tempat untuk memasak. Sedangkan pada bagian belakang dipergunakan untuk aktivitas sehari-hari sang pemilik rumah. Pada malam hari bagian ini dijadikan sebagai tempat tidur bagi pemilik rumah dan menjadi tempat menjamu para tamu saat memiliki hajat. 5. Rumah Kilapan Sumber Sama halnya dengan Rumah Tatahan, Rumah Kilapan atau juga disebut Gilapan merupakan bagian dari tipe rumah baghi dengan ciri-ciri dinding yang polos. Rumah ini memiliki bentuk panggung dengan tinggi meter. Tiang penyangga rumah kilapan ini bernama lain tiang duduk yang diletakkan di atas batu, tidak ditanam ke dalam tanah. Berlaku pula untuk Rumah Tatahan, sendi-sendi atau setiap bagian rumah ini tidak disambungkan dengan paku, melainkan hanya diikat menggunakan rotan. Selain itu, ciri dari tumah tipe baghi ini juga terlihat dari tidak ditemukannya keberadaan sekat. Kalaupun ada, sekat atau sengkar ini digunakan untuk membatasi antara ruangan dengan alat dapur, peralatan pertanian, serta peralatan pertukangan. Dalam perkembangannya, beberapa rumah kilapan saat ini diberi pembatas ruangan untuk membuat kamar. 6. Rumah Padu Ampar Sumber Hampir seluruh bagian rumah tradisional ini terbuat dari bambu dan memiliki bentuk dasar rumah panggung. Rumah ini memiliki atap tinggi dari bambu, sedikit melengkung seperti pelana kuda dan berbentuk trapesium bernama piabung. Bangunan rumah ini dilengkapi dengan tangga yang juga terbuat dari bambu. Namun, bentuk dari bangunan rumah tradisional ini tidak berundak, sehingga nampak seperti tidak memiliki sengkar bawah maupun atas. 7. Rumah Padu Kingking Sumber Rumah Padu Kingking atau Padu Tingking ini adalah rumah tradisional Suku Pasemah. Bentuk bangunan rumah adat ini menyerupai bujur sangkar dan dibangun dengan bahan utama kayu dan bambu. Seperti halnya Rumah Padu Ampar, rumah adat ini memiliki atap piabung dan tiang penyangga bernama tiang duduk. 8. Rumah Ulu Ogan Sumber Rumah ini merupakan rumah adat dari Suku Ogan yang bermukim di daerah Kabupaten Ogan, Komering Ulu. Bangunan ini memiliki ciri khas berupa ada tambahan atap tritisan yang berada di bagian depan atau samping rumah. Atap tritisan ini ditopang oleh tiang dan penempatannya disesuaikan dengan kebutuhan pemilik rumah. Selain itu, atap utama bangunan tidak melengkung serta lantainya memiliki ketinggian yang sama antar-ruangnya. 9. Rumah Ulu Komering Sumber Rumah ini merupakan rumah asli Suku Komering yang bertempat tinggal di Ogan Komering Ulu Selatan dan Ogan Komering Ulu Timur. Bagian rumah yang menjadi ciri khas adalah atap dengan bentuk pelana namun tanpa ada lekukan. Di samping itu, rumah adat ini ditopang oleh tiang yang ditanam ke dalam tanah. Saat ini, Rumah Ulu Komering masih banyak dijumpai di daerah Minanga, Cempaka, Ogan Komering Ulu Timur, Sumatera Selatan. Demikian artikel tentang rumah adat di Sumatera Selatan ini. Dapat disimpulkan bahwa rumah adat dari provinsi yang terletak di bagian Selatan Pulau Sumatera ini sangat beragam, yang jenisnya bergantung dari bentuk fisik hingga asal sukunya. Semoga artikel ini dapat memberi manfaat serta mampu memperluas wawasan, khususnya tentang rumah adat, bagi para pembaca. Kamu juga bisa perluas wawasan tentang tarian tradisional khas sumatera selatan, seperti tari Tanggai hingga tari Gending Sriwijaya. Saat berbicara tentang Sumatera Selatan, kamu pasti akan langsung teringat dengan Sungai Musi. Ada juga yang langsung terbayang-bayang dengan kelezatan pempek khas Palembangnya. Tapi untuk kamu yang punya hobi di bidang arsitektur, jangan lewatkan keunikan rumah adat Sumatera Selatan. Provinsi ini bahkan punya 7 jenis rumah adat dengan struktur bangunan yang berbeda. 7 Nama Rumah Adat Sumatera Selatan 1. Rumah Adat Limas Struktur tanah di Provinsi Sumatera Selatan yang mayoritas berjenis gambut dan rawa ternyata juga mempengaruhi bentuk rumah adatnya. Masyarakat zaman dulu ternyata sudah mengenal alam dan bisa menyesuaikan diri dengan baik. Kamu pun bisa melihat rumah adat Sumatera Selatan yang bentuknya panggung. Salah satunya adalah rumah adat Limas. Limas sebenarnya adalah bentuk atap dari rumah panggung ini. Limas berasal dari kata “lima” dan “emas”. Atap ini memang disebut limas karena memang terdiri dari 5 sudut. Faktanya, kamu juga bisa menemukan rumah limas ini di wilayah Jawa, tapi bangunannya tidak berbentuk rumah panggung seperti di Sumatera Selatan. Biasanya rumah Limas berdiri di atas tiang penyangga yang berukuran 1,5 – 2 meter. Tiangnya terbuat dari kayu berkualitas yang tahan air dan tanah yang asam. Rumah Limas biasanya terdiri dari 3 ruangan utama. Saat kamu masuk dari serambi, kamu bisa menjumpai ruangan utama, kemudian di bagian tengah terdapat ruangan kekijing yang disekat-sekat. Bagian belakang rumah ini biasa digunakan sebagai dapur. Uniknya, kamu akan menjumpai rumah Limas yang biasanya terdiri dari 2-5 kekijing. Konon hal ini sebagai penanda jenjang kehidupan sosial masyarakat, seperti umur, jenis kelamin, bakat, kedudukan, dan juga martabat. 2. Rumah Cara Gudang Rumah ini begitu unik karena bentuknya seperti rumah panggung semi modern. Kamu bisa menemukan perpaduan penggunaan kayu keras dan tembok bata. Kata “gudang” dalam rumah adat ini memang mengacu pada gudang yang sebenarnya. Rumah adat ini dari segi bentuk fisiknya memang menyerupai gudang yang memanjang ke belakang. Rumah Cara Gudang biasanya dibangun dengan kayu unglen, tembesu, atau petanang. Kayu-kayu ini hanya bisa kamu temukan di wilayah Pulau Sumatera. Rumah adat yang jauh lebih tradisional biasanya menggunakan 100% kayu untuk material bangunannya. Rumah adat Cara Gudang identik dengan bentuk atapnya yang menjulang ke atas di kedua sisi. Cara Gudang biasanya terdiri dari 3 ruangan, yaitu ruang depan, tengah,dan belakang. Rumah Cara Gudang biasanya harus ditopang dengan kayu atau tiang penyangga. Tingginya bahkan mencapai 2 meter. Untuk masuk ke bagian teras, biasanya tersedia 2 buah tangga . Letaknya tepat di bagian tengah rumah. 3. Rumah Rakit Kamu sudah tahu, kan kalau Provinsi Sumatera Selatan punya sungai yang sangat ikonik? Sungai Musi bukan hanya jadi landmark Kota Palembang, tapi juga jadi sendi kehidupan bagi masyarakatnya. Bahkan Sungai Musi sudah menjadi urat nadi transportasi dan kehidupan sejak zaman Sriwijaya hingga kini. Nah, peradaban yang terletak tepat di tepi Sungai Musi ternyata juga berpengaruh pada rumah adat yang dibangun masyarakatnya. Nama hunian mereka adalah Rumah Rakit. Seperti namanya, kamu bisa menjumpai bangunan yang terbuat dari kayu dan bambu dengan atap rumbia. Rumah ini kenyataannya benar-benar mengapung di atas air. Rumah Rakit hingga kini masih ada dan bisa kamu temukan di sekitar Jembatan Ampera. Bentuknya pun kini sudah bertransformasi jadi lebih modern. Rumah Rakit ini biasanya disambungkan dengan jembatan kayu ke arah darat. Gambar rumah ini juga banyak dipajang di situs pariwisata Sumatera Selatan. 4. Rumah Kilapan Kalau Kamu berkunjung ke wilayah pedesaan Sumatera Selatan, kamu bisa menemukan Suku Pasemah. Mereka hidup di daerah pegunungan dan dataran tinggi. Suku ini mempunyai rumah adat yang diberi nama Kilapan. Rumah ini cukup sederhana dan masih mengusung konsep panggung, bangunannya biasa berdiri di atas tiang setinggi 1,5 meter. Kamu bisa melihat dinding rumah Kilapan yang terbuat dari kayu. Dindingnya dibiarkan polos tanpa ada ukiran ataupun hiasan. Rumah Kilapan biasanya terdiri dari 2 ruangan yaitu ruang depan tamu dan ruang belakang. Rumah ini juga dilengkapi dengan teras dan tangga di bagian depannya. 5. Rumah Adat Sumatera Selatan Tatahan Suku Pasemah ternyata tidak hanya punya satu rumah adat. Ada 2 lagi rumah adat yang mereka miliki dan masih bertahan hingga kini. Salah satunya adalah rumah Tatahan. Kata “tatahan” berasal dari “tatah” yang artinya alat untuk memahat. Sama seperti namanya, rumah Tatahan memang memiliki banyak sekali hasil tatahan. Kamu juga bisa menyebutnya sebagai ukiran. Jadi, bisa dibilang rumah jenis ini tergolong lebih mewah dibandingkan rumah Kilapan. Rumah Tatahan biasa dimiliki oleh para petinggi desa. Bagaimana konstruksinya? Tatahan punya konstruksi ala rumah panggung. Bangunannya berdiri di atas beberapa tiang kayu setinggi1,5 meter. Rumah Tatahan terdiri dari 2 ruang, yaitu ruang depan dan tengah. Uniknya kalau kamu mau memasak dan berkegiatan, kamu justru harus melakukannya di ruang depan, bahkan ada spot tungku atau perapian di ruang depan ini. Nah, ruang tengah biasanya digunakan oleh masyarakat untuk bercengkrama dan tidur saat malam hari. 6. Rumah Adat Sumatera Selatan Kingking Suku Pasemah juga punya rumah adat yang lebih besar, namanya adalah rumah Kingking. Rumah ini begitu unik karena bentuknya seperti bujur sangkar. Konstruksinya masih berbentuk rumah panggung. Tapi tiang penyangganya sudah terbuat dari beton cor berbentuk prisma. Rumah Kingking juga punya keunikan dari bagian atapnya. Meskipun dibangun pada masa modern, tapi rumah Kingking tetap menggunakan material atap dari bambu yang dibelah dua. Atap ini biasa masyarakat sebut dengan gelumpai. Rumah Kelingking terdiri dari 2 bagian, yaitu depan dan tengah. Bagian depan biasa digunakan untuk kegiatan memasak. Sedangkan bagian tengahnya biasanya digunakan untuk istirahat. Kadang rumah Kelingking juga dilengkapi dengan hiasan payung-payungan unik. Hiasan ini berbentuk seperti tongkat dengan payung 3 tingkat di bagian atasnya. Uniknya, 3 tingkat payung ini punya warna yang berbeda. Umumnya sih, warna biru, merah, dan kuning. Hiasan ini banyak ditemukan di bagian depan rumah Kingking dan punya makna filosofis sendiri. 7. Rumah Ulu Rumah adat yang satu ini memang sudah jarang ditemukan di era sekarang. Tapi kamu masih bisa menemukan rumah guru di halaman belakang Museum Balaputradewa. Uniknya lagi, ternyata rumah Ulu yang ada di halaman museum ini asli dan sudah berusia 200 Rumah Ini dulunya diambil dari Desa Asam Kelat, Kabupaten Ogan Komering Ilir. Seperti namanya, “ulu” berarti hulu. Nama rumah ini memang menggambarkan di mana rumah tersebut berasal yaitu dari daerah hulu Sungai Musi. 90% material rumah adat ini terbuat dari kayu. Konstruksinya berbentuk rumah panggung dengan penopang kayu besar. Uniknya lagi, kamu tidak boleh sembarangan membangun rumah ini. Rumah Ulu harus dibangun menghadap ke arah aliran air. Tujuannya agar bangunan bisa bertahan dari banjir bandang. Jika mau membangun Rumah Ulu yang baru, kamu harus membangunnya makin mendekati hilir sungai. Aturan ini juga menjadi penanda struktur umur di masyarakat tersebut, dari yang tua di bagian hulu hingga yang muda ke arah hilir. Nama rumah adat Sumatera Selatan memang unik-unik. Begitu juga dengan bentuk dan filosofinya yang juga unik. Kalau kamu sedang berkunjung ke sana, kira-kira kamu ingin melihat desain rumah adat yang mana saja? NilaiJawabanSoal/Petunjuk LIMAS Rumah tradisional Sumatra Selatan MUSI Sungai di Sumatra TONGKONAN Rumah adat Sulawesi Selatan LAMBO Perahu layar tradisional Sulawesi Selatan PALIMASAN Rumah tradisional khas suku Banjar PALEMBANG Ibukota Sumatera Selatan KOMERING Sungai di provinsi sumatra selatan OKU Nama kabupaten di Sumatra Selatan disingkat PINISI Kapal layar tradisional khas Sulawesi Selatan LAMPUNG Provinsi paling selatan di pulau Sumatra BILIK Sekat pemisah ruangan pada rumah tradisional UNSRI Perguruan tinggi negeri di Sumatra Selatan FUSUMA Pintu geser pada rumah tradisional Jepang AJI Salah satu daerah di Sumatra Selatan GAGALUR Balok penyangga rangka dinding rumah tradisional SRIWIJAYA Kerajaan maritim yang berpusat di Sumatra Selatan OGAN Suku bangsa yang mendiami daerah Sumatra Selatan MAMANDA Seni teater tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan HONAE Rumah tradisional masyarakat Papua, berbentuk bulat, dihuni kaum laki-laki EWEAI Rumah tradisional masyarakat Papua. berbentuk bulat, dihuni kaum perempuan EHOMO Tiang penunjang rumah tradisional Nias, biasanya dari kayu keras LIMASAN Jenis rumah arsitektur tradisional Jawa terbangun dari empat tiang utama LABUHAN Upacara tradisional keraton yang dilaksanakan di tepi laut di sebelah selatan TERKOBAR 1 menyala besar api yang ~ itu menjilat atap rumah; 2 ki berkecamuk tt perang, pemberontakan, dsb pertempuran terus ~ di Libanon Selatan; MARGA 1 lingkungan orang-orang yang seketurunan di daerah Batak; 2 bagian daerah sekumpulan dusun yang agak luas di daerah Sumatra Selatan; 3 kelompo...

rumah tradisional sumatera selatan tts